Kamis, 02 April 2015

That’s What Friendship For



Saya beneran nggak tahu kenapa di siang yang mendung ini, mendadak merasa super mellow. Atau mungkin memang saya adalah orang yang baper (mengikuti istilah abege sekarang. Iya deh iya emang bukan abege lagi). Atau mungkin karena pengaruh PMS yang tidak kunjung kelar dan sungguh menyiksa sekali.

Entahlah… 

Gejala mellow attack  ini sebetulnya sudah muncul dari semalam. Cuma tidak begitu saya indahkan lantaran merasa kondisi badan letih luar biasa. Ada beberapa kejadian deh yang bikin saya nyaris blackout kemarin. Thank God it didn’t happen yet.  Saya pulang ke rumah dengan kondisi badan yang masih segar-bugar, walau sedikit lemas dan lelah.

Malam hari tuh bagi saya adalah waktu yang semestinya produktif untuk melanjutkan novel misalnya. Yah karena malam hari mudah bagi saya untuk mentransfer rasa menjadi tulisan. Masalahnya adalah ketika hati saya sedang sakit dan kesulitan untuk menuangkannya dalam tulisan. Jadilah ujung-ujungnya saya galau akut level Taylor Swift putus cinta sama Jake Gylenhaal (maaf garing).

Untunglah saya punya seorang sahabat pelipur lara yang mengerti banget luar-dalam saya. Namanya Inasshabihah. Meski kami terpisahkan jarak dan kesibukan masing-masing, tapi dia adalah orang yang selalu dan selalu saya cari ketika hati saya patah-patah. Mungkin dia sebetulnya adalah kakak perempuan yang selama ini saya inginkan dan dikirimkan Tuhan pada saya dengan cara ajaib. Kami nggak perlu ketemu atau bertelepon setiap waktu. Pertemuan sesekali saja langsung banyak memberikan dampak buat saya.

Dan ya, kemarin malam saya menelepon dia setelah sebelumnya dia nyaris bikin saya mewek dengan nasihat di voice note-nya.  Dia nggak mengatakan kata-kata penghiburan yang manis. Hanya beberapa potong kalimat sendu dengan sebuah pengertian. Mengatakan pada saya untuk tidak pantang menyerah karena masih dalam tahap belajar. Wajar apabila saya tersandung kesalahan dan dosa yang sama untuk kedua kalinya.

Akhirnya… secara perlahan saya mulai menepikan perasaan galau tersebut dan berhenti mengutuki kebodohan diri sendiri.  Terus nggak disangka-sangka nih, dalam hitungan beberapa menit kemudian saya bisa  tertawa berkali-kali karena gantian Inas yang melakukan pengakuan dosa pada saya. Mungkin ini lucu atau ngenes, karena rupanya kami berdua jatuh di dosa dan situasi yang SERUPA!!

Mungkin begitulah sahabat. Dia adalah orang yang menemanimu ketika kamu merasa jadi cewek bodoh garis miring tolol karena tersandung di lubang yang sama untuk kedua kalinya. Saya sungguh bersyukur bisa mengenal Inas dan memberikan label sahabat padanya. Semoga persahabatan kami terus langgeng meski dimakan zaman.

0 komentar:

Posting Komentar