Jumat, 24 April 2015

“Life is like a box of chocolates”.

Meski belum pernah menonton Forest Gump, tapi quotes ini selalu menempel erat dalam benak saya.

Life is like a box of chocolates. You never know what you’re gonna get.”

Siapapun pasti pernah mengalami momen dari quotes Forest Gump. Sambil mempertanyakan juga mempersalahkan mengapa semesta bisa mengatur seperti itu? Memberikan banyak kejutan-kejutan kemudian meninggalkan sepotong cerita serta luka. Dan terkadang waktu dituntut untuk membantu secara sukarela menyelesaikan pedih itu.

Kadang kita tidak diberikan kesempatan untuk memilih kejutan dan cerita seperti apa yang kita inginkan. Dan begitu kamu tidak sengaja terpilih secara acak oleh semesta, maka siap atau tidak siap kamu harus membuka kotak cokelat itu. Apakah ada berbagai rasa di sana? Sesuai keinginan? Terlalu manis? Sangat pahit?

Ingat selalu, kalau kotak cokelat itu dapat hadir di saat yang tidak menentu….

Persis seperti apa yang saya rasakan saat ini.

Saya betul-betul tidak siap dengan kotak cokelat yang baru dibuka ini. Kemasan kotak itu yang membuat saya terpikat pada awalnya. Hmm… bayangkan saja itu Hazelnut Chocolate, salah satu varian cokelat favorit saya. Lembut, menenangkan, menggiurkan dan bikin candu. Ternyata, begitu saya membukanya, bukan hazelnut yang saya temukan. Tetapi malah dark chocolate yang saya dapat. Jenis varian cokelat yang paling saya hindari. Bukan berarti saya antipati betul sama cokelat ini. Selama judulnya masih “cokelat” , ya saya tetep suka kok. Rasanya yang jadi masalah. Pahit, tajam, dan bikin pusing.


Mungkin memang begitulah analogi kehidupan. Elemen kejutan dibutuhkan untuk membuat hidup lebih berwarna? Cheesy memang. Tapi ya memang begitulah adanya. Hati yang akan belajar pada proses beradaptasi berulang-ulang. Selama drama kehidupan berlangsung, kita nggak akan tahu bagaimana akhirnya kan?

0 komentar:

Posting Komentar