Pernah nggak kalian melihat sesuatu dengan begitu
berbinar-binar yang selalu disertai gejala antusias penuh ketika menyaksikannya
terlampau lama?
Saya sedang mengalaminya.
Bukan kok, ini bukan membicarakan jatuh cinta sama
lawan jenis. Tapi tentang sebuah hal yang membuatmu bahagia, bersemangat,
terkadang jenuh ketika melakukannya. Sebuah hal yang dimaksud itu bisa
diartikan berbagai macam. Tergantung pada masing-masing individu. Kalau saya
pribadi sih, menulis.
Menulis adalah hal yang sangat menyenangkan yang
pernah saya lakukan sejauh ini. Di samping bercengkrama dengan keluarga,
mencoba ragam kuliner, tertawa riuh bersama sahabat, nonton film, serial barat
ataupun drama Korea, bermain dengan anjing-anjing saya, ataupun minum secangkir
matcha latte hangat, menulis adalah kegiatan yang membuat saya merasa utuh.
Segila apapun persoalan yang menghimpit saya,
sebobrok apapun keadaan jiwa saya, hanya dengan menulis saya bisa sejenak
menemukan totalitas diri saya sepenuhnya sebagai seorang manusia.
Entah saya yang sejak dulu tidak pandai bergaul dan
cenderung kaku, sehingga hanya memiliki sedikit sahabat. Saya juga jarang
mengikuti perkembangan tren yang sedang kekinian. Tak semuanya, hanya sedikit
saja yang menurut saya penting. Misalnya, memakai sneakers putih yang sekarang
jadi hot fashion item di pertengahan
2016 ini.
Tapi terkadang, cita-cita dan mimpi kita terbentur
pada dinding realitas hidup yang begitu keras.
Faktanya saya adalah seorang anak sulung dari dua
bersaudara. Adik saya baru saja masuk SMA. Keluarga saya memiliki kemampuan
ekonomi yang dapat dikatakan cukup. Kami bisa makan lancar setiap hari, tagihan
juga terbayar mudah, tapi memang kami tidak bisa menjalankan hidup seperti
kebanyakkan keluarga lain. Misalnya, berlibur ke luar kota dengan sebuah mobil.
Menurut kami, itu seperti sebuah kemewahan.
Tapi saya percaya, ada rencana Tuhan yang indah yang
membuat saya lahir di tengah keluarga yang begitu hangat ini :)
Intinya saya adalah tulang punggung keluarga. Papa
saya memiliki pekerjaan yang penghasilannya tidak menentu setiap bulan,
sementara Mama adalah seorang ibu rumah tangga. Sudah sangat jelas bukan, bahwa
sebagai anak pertama yang sudah dibekali kemampuan sudah waktunya saya ikut
andil bertanggung-jawab berbakti bagi keluarga saya.
Jujur saja, perkara itu terkadang bikin migrain saya
kambuh. Saya merasa belum siap dibebani tanggung jawab sebesar itu di pundak
saya. Masih ada daftar ha-hal menyenangkan, yang belum sempat saya lakukan.
Pada akhirnya dengan melewati sederet kejadian pendewasan diri, juga tuntunan
serta penyertaan Tuhan, kemudian saya sadar bahwa ini adalah kesempatan yang
Tuhan berikan pada hidup saya. Tuhan telah merancang kapasitas yang tepat untuk
saya mendapat beban juga berkat pada akhirnya dengan takaran yang tepat.
Anyways...
Sepanjang saya menjalani hidup saya selama ini,
ujung-ujungnya saya menemukan ketenangan ketika menulis. Mungkin sekarang saya
terdengar gegabah. Atau banyak yang mencibir bahwa saya melewatkan banyak
peluang, seperti dugaan beberapa orang bahwa saya terlampau menikmati zona
nyaman ketika saya memprokamirkan keinginan saya menjadi penulis seutuhnya.
Menjadikan menulis sebagai pekerjaan utama saya.
Pekerjaan ini menghasilkan kok. Memang tidak sebesar
pekerjaan teman-teman saya yang setiap bulan menghasilkan sejumlah angka tetap
pada rekening mereka. Pekerjaan ini murni mengandalkan kreativitas.
Sekarang PR yang harus kerjakan adalah menempa diri
lebih giat lagi sekaligus membuktikan pada keluarga saya bahwa dengan pekerjaan
ini saya tidak akan meninggalkan tanggung jawab saya, menghidupi keluarga. Toh
di beberapa pekerjaan sebelumnya saya sudah memperlihatkan bahwa saya tidak
mampu mempertanggung-jawabkan seutuhnya hingga lama.
Ini mungkin menjadi pertanda bahwa sejak awal Tuhan
yang memang menuntun saya hingga seperti ini. Saya belajar untuk tidak
mempedulikan cibiran maupun kata-kata orang lain. Karena sekarang yang saya
pedulikan adalah Tuhan juga keluarga saya.
Harapan saya nggak banyak. Hanya semoga saya bisa
mempertanggung-jawabkan niat baik saya ini hingga membuat kedua orang tua saya
bangga.
0 komentar:
Posting Komentar