Its been a looooong time for the last post.
iya, saya tahu. Ini kalimat basa-basi yang selalu membuka postingan blog saya. Nggak percaya? boleh dilihat dan dicek dari postingan sebelumnya. (Ngarep banget diperhatiin)
bisa dibilang malahan ini adalah postingan pertama saya di tahun 2014 ini.
well tahun baru, dan baru genap seminggu lebih sehari saya menapai usia baru. 22 tahun. usia yang banyak dibilang masa peralihan dari remaja akhir menuju dewasa. Well, saya nggak begitu paham mengenai tahapan-tahapan usia yang dikategorikan sebagai remaja. Tapi entah mengapa semenjak menapaki usia baru ini atau beberapa bulan sebelumnya, saya merasa pola pikir saya berubah. tentang bagaimana menyikapi dunia, memikirkan masa depan, target jangka panjang yang tiap hari memacu saya buat lebih sering berkarya, dan banyak hal lainnya.
Banyak yang berpendapat bahwa hal yang membedakan anak kecil dan orang dewasa adalah bagaimana tingkat keseriusan memandang dan menjalani hidup. Semakin dewasa, kita makin sadar kebutuhan kian meningkat. Lalu kemudian memutar otak untuk membuat kebutuhan itu terus terpenuhi. Saya merasa sudah masuk fase ini. Semenjak bisa menghasilkan pundi-pundi sendiri, lambat-laun saya mulai berpikir bagaimana baiknya untuk mandiri dan lepas dari sokongan orang tua.
apa saya terlalu cepat memikirkan hal-hal rumit seperti ini?
I mean,
di saat teman-teman sejawat saya nemplok dari satu cafe, ke cafe satunya hanya untuk sekedar minum karena haus atau mengerjakan tugas kuliah. Kemudian ramai-ramai ikutan tren foodporn dengan "memamerkan" nya di media sosial seperti Instagram dan Path. Lalu berganti gadget baru mengikuti tren. Dan hmm yang sering sekali dilakukan teman segeng saya nongkrong berlama-lama di mal.
mungkin saya memang anak rumahan. Atau dalam kamus anak-anak populer: "kutu buku kelas berat"
Saya pribadi tak terlalu peduli dengan julukan apapun, Karena prinsip saya, setiap hal apapun yang terjadi selalu ada waktu yang tepat. Saya suka nongkrong dan ngobrol. Minum kopi di cafe, lalu memposting makanan di jejaring sosial. Tapi tak setiap hari saya lakukan, sehingga cenderung mencondong jadi gaya hidup.
Saya merasa tidak kehilangan masa muda. Justru dengan keputusan saya menjadi anak rumahan yang benci dengan gemerlap keramaian, saya dapat berkarya secara positif.
Bicara soal itu, saya punya kisah menarik soal idola saya, Taylor Swift.
Siapa yang sekarang nggak kenal sama artis cantik langganan nongkrong di nominasi Grammy itu. Lagu-lagunya menghiasi tangga lagu dunia. Lalu, punya selusin (mungkin lebih atau kurang) mantan yang aduhai-luar-biasa-perfect. ada Harry Styles, Joe Jonas, Taylor Lautner, dsbnya, dsbnya hihi
Rupaya waktu Tay masih SMP, dia termaksud anak cupu yang nggak pernah dapat undangan pesta. Jadi, di saat teman-temannya pada asyik pesta sana-sini dengan happy, Tay malah mendem di rumahnya. Mendalami hobinya main gitar. Bahkan dia menciptakan lagu, yang sekarang banyak didengar banyak orang.
Coba kalau dulu Tay bergabung dalam pesta-pesta itu. Pastinya dia nggak akan semassive seperti sekarang ini, kan?
Nggak heran deh kenapa saya makiiin cinta sama Taylor Swift. Selain lagu-lagunya yang easy listening, lirik yang menyindir dengan lucu, kisah hidupnya inspiratif sekali.
Pas banget lagi Tay punya lagu yang judulnya '22'.
Kalau boleh geer nih, tiap denger lagu ini saya selalu ngerasa Tay nyanyiin khusus buat saya. ecieehh hihi Habis ngepas banget sama tanggal ultah saya, 22 maret. dan angka 2 itu memang angka favorit dan keberuntungan saya.
Happy 22. Semoga Tuhan semakin melimpahkan hikmat dan berkat di umur baru saya ini^^
0 komentar:
Posting Komentar