Subuh tadi, saya (terpaksa) terbangun karena ada seseorang
yang minta ketemu urgent via Skype. Ya karena dia tinggal di belahan Negeri
lain yang perbedaan waktunya cukup menganggu, jadilah berimbas pada komunikasi
kami yang sering penuh derita begini. Terus terang, percakapan subuh tadi
paling mengganggu banget dari ratusan percakapan subuh lainnya yang pernah kami
lalui.
Kira-kira, kalau dirangkum begini lah percakapan kami : (sudah
diperhalus dan diaktifin pendeteksi umpatan atau makian yang senonoh kok)
A : Jadi, apa kabar si cowok komet?
B : Komet? Aku bukan fans coboy junior loh, tapi smashblast.
A : Kabar perkembangan pendekatan kamu sama si *******
(sebut nama langsung dengan nada emosi)
B : Kamu minta Skype subuh-subuh untuk hal yang enggak se-urgent
kayak begini? Balikkin lah waktu tidurku yang sekarang mahal dan susah luar
biasa!! (balas dengan nada darting)
A : Kalau kamu jawabnya dengan desperate begitu
berarti kamu udah megap-megap. Nyerah ya? Cupu ih. Baru juga bentar. Perjuangan
kamu belum kelihatan apa-apa di mata dia. Kebiasaan jelek kamu tuh gitu. Belum sampai
tempat tujuan, kamu milik muter balik karena merasa capek dan terlalu jauh.
B : Aku memang enggak masalah kalau aku berjuang duluan. Tapi
aku butuh kepastian dan prospek. Cewek itu sama kepastian nggak bisa
dipisahkan.
A : Itulah dosa cewek yang paling tolol menurutku! Dan kamu
tuh bukan cewek yang menurutku dengan tololnya menyerah karena kepastian sialan
atau apalah itu. Aku kenal kamu bukan pas tadi pagi di pinggir jalan loh. Aku tahu
banget ketika kamu udah menemukan hal yang super duper penting, apapun itu akan
kamu korbankan dan kasih tanpa batas waktu. Hanya masalahnya kamu belum ketemu
orang yang menghargai usaha kamu itu. Menghargai bukannya juga bakalan balik
membalas perasaan kamu. Tapi lebih ke menerima dengan sikap manis. Berterima kasih.
Yang terpenting sih, enggak akan memanfaatkan segala perjuangan kamu itu.
B : Dari pengamatan teleskop canggih kamu dari Negeri di
seberang samudra itu, dia pantas ya untuk aku perjuangin?
A : Aku belum ketemu orangnya, ya mana aku tahu sih!
B : Cih. Alasan basi.
A : Pantas atau enggak, itu semua balik ke dirimu sendiri
loh. Kamu yang menjalankan. Aku cuma mau mengingatkan kamu untuk tetap semangat
berjuang. Balik jadi kamu yang dulu, yang begitu semangat ketika udah ketemu
hal-hal yang bikin kamu mendadak semangat, dan lupa daratan. Kamu tuh cewek
yang aku kenal dengan semangat seperti itu.
B : Really?
A : *menghela napas dengan nggak sabar* yang kulihat
sekarang kamu tuh masih setengah berjuang! Kalau memang kamu sayang sama dia,
tempuh lah perjuangan apapun itu. Kamu masih mengatur-atur dan mengkalkulasi
hal-hal apa yang bakal kamu kasih buat dia. Ya, waktu kamu lah, konsentrasi
kamu, fokus kamu. Aku kenal kamu yang bisa mengatur semuanya secara seimbang. Mengatur
prioritas kamu dengan baik.
B : Heh, dia tuh belum jadi pacar aku! Kami baru kenal dan
akrab juga—
A : *menyela pembicaraan* kamu itu tipikal cewek yang susah
melabelkan “sahabat” atau “temen” sama cowok. Butuh waktu nyaris setahun untuk
kamu kasih label itu. Di luar itu cuma ada gebetan aja kan?
B : Iya sih….
A : Sekarang gini deh, kamu mau atau enggak berjuang sampai
berdarah-darah buat dia? Menerima resiko apapun itu, bahkan yang paling
terburuk sekalipun? Semua orang punya kesempatan dan porsi yang sama untuk
perjuangin cintanya. Enggak masalah kalau cewek jalan duluan. Selama si cowok
merasa baik-baik dan santai aja dengan itu. Kecuali kasusnya cowok itu udah antipati
duluan kalau kamu mulai deketin dia. Ya kamu sendiri yang tahu batasan
pendekatan itu gimana kan?
B : Iya sih…..
A : Jangan ngeluh kalau kamu merasa belum sampai tujuan
akhir loh. Itulah seninya berjuang. Hasilnya indah atau enggak, jadikan itu pelajaran.
Latihlah hati kamu dari hal-hal paling besar supaya bikin kamu enggak mudah
sakit atau baper ya.
A : Iya deh iya.
Lalu setelah itu sambungan Skype terputus karena saya udah
nggak konsen lagi diajak ngobrol. Besoknya, saya dikirimin voice note yang
isinya omelan dan umpatan karena main ninggalin gitu aja di Skype hihihihi
Makanya percakapan kali ini paling mengganggu karena menyinggung masalah yang bikin saya sentimentil
banget belakangan ini. Bikin baper tiap hari. Si cowok komet memang topik
percakapan yang saya hindari sih. Tapi entah kenapa partner Skype saya ini hobi
banget menyinggung terus. Padahal udah seringkali saya ngasih warning keras untuk nggak buka
percakapan menyangkut ini. Tapi namanya keras hati dan rada sialan, teteeep aja
dibahas. Ya udah akhirnya saya yang sering ketampar gara-gara saran dia yang
selalu berhasil kena sasaran.
Meski begitu, saya ketolong banget dengan percakapan kami tadi pagi. Karena kalau enggak, saya masih loyo dan merasa lelah aja. Memang cuma dia yang mengerti banget jalan pikiran saya :")